Selasa, 27 November 2012

Rhoma dan kursi presiden

         Apabila status orang terkenal menjadi ukuran maka Rhoma Irama lebih terkenal daripada semua politisi yang diplot untuk maju menjadi calon Presiden Indonesia 2014. Rhoma lebih terkenal luas sampai ke pelosok negeri dibanding Prabowo Subianto, Dahlan Iskan, Sri Mulyani, Aburizal Bakrie, Mahmud Md, Surya Paloh, Hatta Rajasa. Bahkan nama Rhoma sudah malang melintang sejak 1970an sebagai dedengkot Soneta Grup Dangdut ketika nama-nama lain di atas masih benda asing di telinga publik. Dengan modal status orang terkenal maka bukan perkara ganjil ketika arena politik dihujani berita “Rhoma Irama Didaulat Jadi Presiden 2014″ (kompas, 1-11-2012).

Bila status orang terkenal dijadikan ukuran untuk mampu memenangkan perolehan suara terbanyak justru di sinilah ironi. Status orang paling terkenal beda dengan status orang paling disukai. Di sini pula publik - terutama perempuan yang sebel poligami berkali-kali - belum akan lupa rekam jejak Rhoma Irama dengan beberapa istri lain.

Rhoma Irama pernah diam-diam nikah dengan bini muda. Sebut saja Angel Legla yang sudah dilepas. Sebut saja Ayu Soraya yang pernah mencalonkan diri sebagai Walikota Tegal, dan konon belum lama ini punya bayi kembar titisan Sang Raja Dangdut.

Alasan Sekjen PPP Romahumurzi mempertimbangkan Rhoma Irama adalah atas dasar penilaian elit Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Rhoma dipandang termasuk artis dan dai tenar yang terpuji (Tempo, 12-11-2012). Tidak salah jika partai berbasis Islam itu tidak memasukkan praktek poligami pada diri Rhoma sebagai hambatan politis. Toh bekas Ketua Umum PPP sekaligus bekas Wakil Presiden Hamzah Haz juga demikian. Pada posisi ini PPP terkesan hendak menegaskan sikap pro poligami.

Rhoma Irama: “Saya merasa kali ini ada panggilan dalam diri saya”,

Menyusul permintaan Soneta Fans Club Indonesia (SFCI) di Surabaya pada 1-11-2012 melalui Yusuf Maulana. Disertai dukungan dari kelompok Wasiat Ulama di RawaBunga Jakarta Timur pada 08-11-2012 melalui Ketua DPP Wasiat Ulama Fakhrurozy Ishaq. Bergemalah seruan “Rhoma Irama for president 2014″. Ini selaras dengan jawaban Rhoma kepada Koran Tempo 09/11/2012: “Saya merasa kali ini ada panggilan dalam diri saya”.

Jika rencana Rhoma dan PPP terwujud maka Rhoma Irama (PPP) akan muncul sebagai kandidat ketiga yang memastikan bertarung melawan Prabowo Subianto (Gerindra) dan Aburizal Bakrie (Golkar). Mau tidak mau kehadiran Rhoma Irama dapat mengubah irama permainan pada Pilpres 2014 meskipun hampir mustahil Rhoma menang. Jutaan fans fanatik Rhoma hingga pelosok negeri tidak boleh diremehkan. Apalagi sudah umum bahwa ajang kampanye politik menggelar panggung musik dangdut di mana justru Rhoma adalah Raja Dangdut.

Bila status orang terkenal diyakini mampu merebut peroleh suara maka JANGAN MEREMEHKAN kehadiran Rhoma Irama pada Pemilihan Presiden 2014. Potensi pengaruh dan makna tersembunyi atas partisipasi Rhoma adalah sbb:

- mampu merebut perolehan suara dari penggemar fanatik apalagi bila mendapat restu dari tokoh masyarakat.
- andaikata Rhoma mampu merebut 10% s/d 15% suara bisa jadi menghambat “Pilpres Satu Putaran Selesai” jika berakibat tidak ada kandidat mampu memperoleh suara 50%+
- “bahaya Rhoma” akan terwujud apabila lembaga survey politik main mata dengan menghembuskan prediksi perolehan suara lumayan tinggi buat Rhoma Irama, mengingat lembaga survey mampu menciptakan pra-kondisi penggiringan suara.
- Jika Pilpres 2014 berlangsung dua putaran maka Rhoma dapat menempatkan diri sebagai faktor penentu kemenangan kandidat lain.
- meskipun Rhoma kalah tetap saja keikutsertaannya tercatat sebagai prestise pribadi bagi Rhoma Irama, juga tercatat sebagai prestise partai bagi PPP ketika mampu membopong tokoh terkenal.
Akhirnya… Apapun kesalahan Rhoma Irama di masa lalu belum tentu berpengaruh besar dua tahun lagi yaitu tahun 2014 nanti. Mengingat terdapat hal-hal yang menguntungkan bagi politisi bermasalah di masa lalu. Yaitu karakteristik bangsa indonesia pada umumnya bersifat pemaaf dan pelupa. Sebagaimana publik mulai lupa kaitan Prabowo dengan penculikan aktivis 1998, Aburizal dengan bencana Lumpur Lapindo, dan Sri Mulyani dengan Skandal Bank Century.
Seberapa mampu Tim Sukses Rhoma Irama mengajak publik memaafkan dan melupakan dosa-dosa masa lalu, barangkali inilah kunci suksesnya!

Referensi:

http://nasional.kompas.com/read/2012/11/08/1815330/Rhoma.Irama.Didaulat.Jadi.Capres.2014?
http://tempo.co/read/news/2012/11/10/078440894/Soal-Capres-Rhoma-Ada-Panggilan-Dalam-Diri-Saya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar